Sunday 2 March 2014

Rima Dalam Kardus

Benda kotak coklat teronggok di lantai. Bukan sampah apalagi bangkai. Itu cuman kardus yang agak terbengkalai. Aku yang sedang bersantai mulai beranjak ke lantai. Dan tangan ku pun mulai menggapai kardus yang terbengkalai.



Ku buka dengan perlahan. Satu kotak banyak kenangan. Ya, kenangan tentang mantan. Mantan yang paling membuatku aman, bahkan nyaman. Aku sendiri masih belum tau rasa ku untuknya akan berakhir kapan.

Namanya Azka, jika kau tanya mantan yang mana. Ya, aku memiliki mantan lebih dari satu, aku punya tiga. Jika kau tanya mana yang paling ku cinta, kau tau siapa jawabannya. Ya, Azka.

Mulai kubuka kardus itu. Langsung terlihat kotak berwarna biru. Aku masih sangat ingat kenangan apa pada kotak itu. Jika kau buka kotak itu, terlihat boneka kotak dari kertas yang sangat terkenal waktu itu. Danbo jika kau tak tau. 



Aku masih ingat. Ingat bagaimana boneka itu dibuat. Aku dan dia lah sang pembuat. Kami membuat di restoran cepat saji terdekat. Kami membuatnya dengan semangat. Tanpa dia sadari, aku memandangnya lekat-lekat. Dia terlihat sangat cermat. Dan tak terasa waktu pun terlewat. Kami bangga dengan hasil yang telah dibuat. Kami memang hebat.



Ah, ternyata di dalam kotak biru itu ada selembar foto kami berdua. Aku dengan kaos SMA, dia dengan kemeja kotak biru kebanggaannya. Terlihat dia yang tersenyum mempesona, sedangkan aku dengan pose 'bebek' menghadap kamera. 



Aku juga masih ingat kenangan saat kami dalam perjalanan pulang dari tempat kami berpose tadi. Kami menumpang mobil teman kami. Saat di mobil aku merasa ngantuk dan menyenderkan kepala di pundaknya sebelah kiri. Dari jarak sedekat ini aku bisa mencium parfumnya yang wangi. Kubiarkan saja lirikan teman-teman ku yang iri.

Dalam kardus masih ada kotak merah. Seketika senyumku merekah. Kotak kecil awal dari kenangan indah. Awal dari kita punya kisah.



Kalau dia tidak lupa, pasti dia tau isinya apa. Hampir sama seperti yang ada di kotak biru, sama tapi tak serupa. Ya, danbo tapi dengan ukuran lebih kecil tepatnya. 



Dia beri itu, ketika hari ulang tahun ku. Hari yang sama ketika dia menyatakan cintanya padaku. Masih terbesit ingatan betapa bahagianya aku saat itu.

Hey, aku rindu dia yang dulu. Yang menjadi cahaya pagi untuk ku. Yang menjadi pahlawan untuk ku saat aku jatuh dulu.

Tapi aku ingat, aku sudah tak mampu membuatnya bertambah dekat, seperti ada penyekat. Mungkin aku hanya bisa menatapnya lekat lekat, pada mimpi ku nanti malam yang hitam pekat.

Tapi aku juga ingin punya harapan untuk bersama dengannya walau hanya secercah. Mungkin ketika ia bersama yang lain hatiku akan pecah.

Katakan aku egois, bahkan bengis. Tapi perasaan ku padanya tak kan pernah habis.

Aku telah menangis sesaat. Kututup kardus itu yang berwarna coklat. Bicara tentang coklat, aku suka coklat. Dengan warnanya yang pekat membuatku semangat. Tetap semangat menunggu hatiku bisa berada dihatinya meski hatiku nanti telah berkarat atau bahkan sekarat. Dia memang terlihat seperti keparat tapi tetap aku mencintainya dengan sangat:)

No comments:

Post a Comment